Bercintanya Mimpi dan Kenyataan

Bercintanya mimpi dan kenyataan tidak pernah berdampingan sejajar. Maka tanpa sebuah penantian dan keinginan yang mendasar keresahan itu lahir dengan teriakan-teriakan mengaung dalam pikiran, diam nyaman menanti keputusan atas dasar yang selalu salah dan tidak mau bertanggung jawab. Keresahan berjalan dengan nyaman tanpa melihat kebelakang apa dan kenapa dia lahir dalam otak, dia hanya mendasari untuk bersama pikiran saja, iyah aku merasakan itu saat ini, saat aku masih diam dan duduk di ruangan yang sudah belasan tahun aku diam, mungkin saja pintu tau berapa kali jumlahnya aku melewati dia entah pergi dengan kegembiraan atau balik dengan kekesalan. Andai pintu bukan benda mati mungkin enggan menerima yang punya memegangnya kemudian melewatinya, dinding ruangan adalah pendengar yang baik tanpa komentar aku yakin aku bakalan takut kiranya dinding mengomentari keluhanku atau cerita kebahagianku, di tambah lagi benda ini yang selalu aku sapa ketika kondisi apapun juga menghampiri, benda hasil jerih payah untuk memilikinya. Lantas apa yang membuat resah lagi wahai manusia pendosa? Memperbaikinya bukan kata yang sekali datang, mengubanya bukan keinginan yang pertama kali singgah, atau melupakan keresahan itu tidak pernah sama sekali aku pikirkan sebelumnya, yang ada hanya untuk mengahadapi. Mengahdapi untuk menjadikan keresahan ilusi yang bisa menjadi apapun yang kita mau, tanpa keresahan kopi pahit masih belum di katakan pahit, tanpa keresahan kebahagian belum aku namakan kebahagiaan, karna keresahan adalah lahirnya dari mimpi-mimpi yang tidak memiliki dosa, hanya kenyataan yang selalu di hakimi tanpa kesalahan.